Setiap kita biasanya punya anggapan tertentu tentang orang lain, dan anggapan itulah yang mempengaruhi cara kita bersikap kepadanya. Entah itu anggapan baik dan buruk
Bila anggapan kita bagus, maka kita cenderung akan membaikkan semua yang ada tentang orang itu. Sebaliknya, bila kita punya anggapan yang jelek, maka apapun yang datang darinya pastilah jelek bagi kita
Taruhlah, seorang wanita yang mengagumi seorang lelaki, maka walaupun lelaki itu melakukan maksiat, ia akan tetap membelanya, berkata, "Semua manusia bisa salah", atau "Manusia tidak ada yang sempurna", begitu biasanya
Tapi seorang wanita yang sudah tak suka pada seorang lelaki, meskipun dia baik, dia akan berkata, "Sekarang aja baiknya, pasti ada maunya", atau "Baiknya pasti pencitraan", begitulah kita banyak dikendalikan rasa, bukan logika
Sama seperti dakwah, terkadang kita sudah punya prasangka yang tak baik pada orang yang kita dakwahi, hingga kita pun tidak bisa maksimal dalam dakwah kita, punya prejudice, bahasa anak mudanya, kita sudah menghakimi sebelum kita berdakwah
Ini yang nggak enak, dihakimi, dituduh, benci tanpa mengenal. Sama nggak enaknya dengan cinta tanpa memahami, senang karena ikut-ikutan. Padahal dalam dakwah, menyayangi manusia itu bahan bakarnya, bukan menghakimi
Ini pelajaran saya dari ustadz @hanan_attaki hari ini. Begitu luwesnya berdakwah, yang mengingatkan saya juga pada Cak Nun ketika mendakwahkan Islam
Dibumbui tagar sederhana, #Respect dan #NoJudge maka ini membuat kita lebih bijaksana. Dakwah itu cinta bukan tuduhan, mendampingi bukan menghakimi
Kalaupun orang lain menghakimi anda, membenci anda tanpa sebab, termakan oleh hoax lalu menganggap anda ini dan itu, biarlah. Sebab dakwah ini tentang kita dan Allah, tentang cinta kita pada Allah dan manusia, tak harus selalu sebaliknya
Afterall, kita nggak begitu penting-penting banget kok. Allah yang penting ada di hati 🙂🙂🙂
No comments:
Post a Comment