.quickedit{display:none;}
“KITA BERBISNIS,BERILMU,BERAMAL”

Thursday, February 17, 2011

Tipe-tipe Atasan dan Cara Menghadapi Mereka

Judul di atas diambil dari Bab 3 buku yang berjudul “Managing Your Boss” karangan Rashmi Datt, Penerbit PT Elex Media Komputindo tahun 2007. Buku ini terdiri dari 232 halaman + iv halaman tambahan. Dalam buku ini pengarang mengharapkan agar pembaca, terutama yang berprofesi sebagai karyawan atau lebih tepatnya bawahan, untuk dapat memahami diri sendiri, dapat menganalisa kepribadian atasan, menguasai komunikasi dengan atasan, dapat menjual ide anda, dan dapat membangun hubungan dengan atasan. Selain itu, bagi para atasan diharapkan dengan buku ini dapat mengetahui bagaimana harus bersikap kepada bawahan, meskipun dalam buku ini hal tersebut sangat sedikit sekali disinggung.
Kembali kepada judul di atas, saya mengambil judul tersebut karena saya berpikir bahwa sebagian dari kita adalah karyawan yang posisinya sebagai bawahan yang tentunya harus mengerti bagaimana cara kita mendukung kinerja atasan yang secara ilmu (memang tidak selalu) dan kedudukan lebih dari yang kita miliki. Sehingga kita sebagai bawahan dapat lebih menyesuaikan dan menyelaraskan respons terhadap mereka. Kalaupun kita sebagai atasan, kita juga perlu mengetahui tipe atasan seperti apakah kita saat ini, sehingga apabila ada yang belum baik dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dan bertanggung jawab di hadapan bawahan.
Pengarang buku ini mengelompokkan atasan dalam 4 tipe, yaitu:
  1. Atasan yang kejam dan tidak berperasaan
  2. Atasan yang tertutup
  3. Atasan yang menyenangkan tetapi kurang menantang
  4. Atasan yang memungkinkan untuk berkembang atau atasan ideal
Tipe tersebut didasarkan pada dua aspek kualitas atasan, yaitu:
  1. Kompetensi, merupakan atasan yang memiliki kemampuan atasan untuk berkontribusi pada hasil akhir dalam memenuhi target, mendorong perubahan dengan strategi perencanaan dan implementasi yang sangat teliti, menangani pengkritik/penentang dengan cerdas.
  2. Kepemimpinan, yang meliputi perhatian terhadap orang lain, kemampuan membimbing dan memotivasi karyawan, kemampuan melihat potensi mereka bahkan jika mereka belum memilikinya, dan keberanian mengambil resiko dalam mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab.
I. Paling buruk adalah atasan yang kejam dan tidak berperasaan.
Ciri-ciri dari atasan tipe ini adalah bawahan tidak berdaya dan stres dalam menghadapinya. Ketika bawahan salah, dia (atasan) akan berteriak dan merendahkan bawahan dan kelompoknya, menabrak batas-batas kewibawaan diri, terkadang di hadapan seluruh bawahan yang lain. Terkadang bahkan sering dia tidak menerangkan dengan jelas apa keinginannya, seolah-olah dia selalu sibuk sehingga tidak dapat memberikan penjelasan. Bawahan dibuat dalam kondisi tertekan dan direndahkan.
Selalu meragukan integritas karyawan dengan memberikan tanyaan ”Nilai tambah apa yang Anda berikan terhadap pekerjaan?”. Memaksa bawahan dengan harapan-harapan yang tidak realistis. Mempunyai jiwa yang tidak seimbang, seperti orang tidak waras, dan brutal. Dia bereaksi dengan kemarahan dan kekejaman ketika harapannya tidak terpenuhi, dan menunjukan kekuasaan dengan menakut-nakuti para bawahan dan merendahkan mereka. Wataknya begitu cepat marah sehingga dampak seperti kehilangan kontrol.
Dia seringkali merasa sebagai diktator yang berkuasa penuh dan mampu menghukum serta menghancurkan siapapun yang menghalangi atau mempertanyakan otoritasnya. Dia juga tidak akan ragu mencari kambing hitam jika terjadi kesalahan. Dapat juga menguras habis tenaga bawahannya dengan menyerahkan berbagai tugas dalam batas waktu yang menyiksa dan tidak masuk akal. Ada kekurang pedulian yang nyata terhadap kehidupan bawahan.
Dia juga menolak membagikan informasi penting berkaitan dengan pengelolaan proyek secara keseluruhan, atau bahkan batas waktu. Kemudian dia juga sering menjatuhkan bawahan dalam setiap kesempatan. Berusaha mengatur dalam setiap situasi, terus-menerus menanykana masalah sepele dan mempertanyakan setiap keputusan yang dibuat.
Tipe atasan seperti di atas dapat menyebabkan kehancuran, karena secara tidak langsung bawahan akan merasa tidak berdaya, terasing, lemah dan tertekan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa fenomena ini mengakibatkan masalah kesehatan serius, seperti gangguan tidur, tekanan darah tinggi, usus buntu, dan iritasi usus besar.
Pertanyaannya sekarang adalah mengapa atasan seperti itu tetap ada dan sukses ? Seringkali karena bawahan memberikan hal-hal yang baik untuk atasan mereka, yang seakan-akan tidak tahu-menahu. Memang, bawahan mampu dalam mengembangkan kemampuan dan reputasi dalam menangani target-target sulit, mendorong proyek-proyek yang tidak masuk akal, dan membawa keberhasilan untuk perusahaan. Bawahan benar-benar kompeten dan cerdas, dan pihak manajemen melihat bawahan sebagai orang yang memiliki ”keunggulan”. Tentu saja ini merupakan pandangan yang sempit dan terbatas karena ketika energi orang-orang terkuras habis dan motivasinya hilang, hasil-hasil itu kemungkinan besar hanya akan bersifat sementara.
Untuk itu, ada beberapa strategi sederhana yang bisa diterapkan, antara lain:
  1. Memabngun kredibilitas dan jaringan dalam perusahaan dengan bersikap kooperatif kepada karyawan lain atau kepala divisi lain.
  2. Jika perlu, bicarakan masalah Anda kepada orang yang Anda percayai; namun jangan biasakan menumpahkan kemarahan panjang lebar atas penderitaan Anda dan menyambar setiap kesempatan dengan siapa saja yang bersedia mendengarkan atau memberikan dukungan kepada Anda (khususnya dalam perusahaan).
  3. Mencari bantuan dari divisi sumber daya manusia (human resources department)
II. Atasan yang tertutup
Atasan seperti ini adalah atasan yang cenderung untuk bermain aman (safe player), dia tidak banyak bicara sehingga bawahan seperti berada di tengah kabut. Menolak mengambil keputusan yang beresiko, berkeras untuk menjalankan, membimbing, dan mempertahankan system dan kebiasaan yang ada. Jarang sekali membagikan pemikiran (jika ada) dengan bawahan mengenai rencana masa depan dan tujuan jangka panjang divisi tersebut. Apabila ada paksaan dan serangan dari bawahan, dia hanya santai meskipun bawahan tahu bahwa dia marah dalam hati.
Atasan yang tertutup seperti burung unta yang tidak menyukai perubahan dan memilih bersembunyi sebagai sikap konservatif dan waspada. Atasan yang tidak banyak bicara pantasnya memang (dalam jangka waktu singkat) mempelajari system dan prosedur yang berlaku; namun dia akan menghambat perkembangan perusahaan, ide-ide, dan pendekatan baru. Dia memiliki kemampuan terbatas dalam menyelesaikan masalah, mengantisipasi dan bereaksi terhadap perubahan, dan tentu saja juga dalam mengembangkan visi atau strategi. Dia menghindari publisitas, konfrontasi atau konflik, juga jarang menekan tatkala tuntutak orang selevelnya menjadi agresif. Dia juga jarang menemukan solusi jangka pendek untuk menghadapi ketidakpuasan yang meningkat dan mempelajari seni bertahan hidup.
Atasan seperti ini sangat butuh keamanan dan ketentraman, dan berjuang keras untuk menciptakan lingkungan bagi dirinya yang dilengkapi dengan aturan, stabilitas dan keadaan yang dapat diramalkan. Untuk itu cara menghadapinya adalah :
  1. Tidak dengan melawan atau memperlihatkan secara langsung ketidaksukaan bawahan, karena atasan mempunyai kekuasaan yang besar atas suasana hati.
  2. Tetap focus terhadap pekerjaan, dengan menangani lebih banyak tanggung jawab (dengan lambat) merupakan kesempatan yang baik untuk dipandang sebagai seorang yang produktif.
  3. Frasekan saran-sana Anda menjadi pertanyaan, dan buatlah atasan berpikir bahwa ide-ide ini miliknya.
  4. Berikan pilihan-pilihan terbatas dan satu rekomendasi yang jelas.
  5. Catat pekerjaan Anda sebagai bukti kapabilitas Anda.
III. Atasan yang menyenangkan tetapi kurang menantang
Atasan seperti ini menjalankan departementnya seperti sebuah keluarga beasr. Jarang mengkritik dan membuat keputuasn yang menyulitkan atau memberatkan. Mencoba menyenangkan setiap orang, sehingga memperlemah kewenangannya dan semakin sulit mempertahankan standar disiplin dan performa kerja.
Atasan seperti ini memang menciptakan iklim tim yang menyenangkan dengan gaya yang hangat dan penuh perhatian. Mereka cenderung memberikan kesempatan kepada anggota-anggota baru untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, mereka jarang menekan atau bertentangan dengan orang lain di luar batas yang mereka tentukan karena mereka tidak ingin membuat orang marah meskipun sebenarnya mereka sendiri mudah terluka. Mereka cenderung terlalu serius menjalankan perannya sebagai ”orang tua” dan dalam prosesnya terlalu berlebihan membantu perkembangan dan mengontrol.
Menangani atasan yang menyenangkan tentunya merupakan yang termudah dari keempat tipe atasan lainnya. Masalahnya, walaupun memberikan persetujuan, pekerjaan yang hebat selalu mendapat prioritas tinggi. Respons jujur dan menantang selalu dihindari, akibatnya pembelajaran yang ketat dan kesempatan untuk berkembang hilang, yang tentnunya tidak akan membuat Anda berkembang lebih jauh.
Cara mengatasainya adalah sebagai berikut:
  1. Ketika menunjukkan rasa hormat dan patuh, janganlah berlebih-lebihan. Ini akan memancing sifat orang tua dalam dirinya sehingga dia akan memperlakukan bawahan sebagai anak kecil daripada seorang bawahan.
  2. Pertahankan sikap hormat, jangan terlalu akrab.
  3. Bahkan ditengah diskusi yang memanas, tetaplah tenang.
IV. Atasan yang memungkinkan untuk berkembang atau atasan yang ideal
Hanya sedikit orang yang beruntung mempunyainya – seorang atasan yang dinamis dan sukses, yang memiliki visi, kearifan, dan ketajaman berbisnis. Dia memiliki keberanian untuk berpikir besar, dan kegigihan untuk melaksanakan visi dan rencana-rencananya. Seorang yang jujur yang memiliki keberanian untuk mempertahankan pendiriannya tatkala orang lain meragukannya. Memiliki nyali besar untuk mengambil resiko, dan bersedia mendelegasikan kewenangannya kepada bawahan yang dia percayai memiliki potensi dan dapat berkembang.
Dia tidak ragu memberikan perhatian, tidak segan-segan memberikan pujian saaat diperlukan. Dia mendapatkan manfaat dari sifatnya yang penuh perhatian, baik, dan dapat dipercaya. Karena pintar membaca karakter dan bakat orang, dia sensitif pada masalah-masalah pribadi. Integritasnya tidak disangsikan lagi, dan dia seorang yang disiplin dan bertanggung jawab pada nilai-nilai pekerjaan.
Dia tidak memberikan toleransi kepada para pemalas atau orang yng lamban, dan dapat memberikan keputusan yang tidak berperasaaan dengan ”membiarkan pergi” pekerjanya jika perlu demi hasil akhir yang diinginkan. Atasan seperti itu selalu fokus pada kendali. Akan tetapi, bagi mereka yang menunjukkan kegigihan bekerja, dia bersedia menjadi mentor mereka dan memberikan kesempatan tidak terbatas untuk tumbuh dan berkembang.
Cara menghadapi atasan seperti ini adalah:
  1. Karena tuntutan mereka adalah standar tinggi pada performa kerja, maka bawahan harus yakin dapat mengimbangi atasan yang menuntut hasil terbaik.
  2. Ambil inisiatif dan tunjukan antusiasme.
  3. Cermati segala perincian, fakta, dan angka untuk meyakinkan bahwa semuanya bebas dari kesalahan.
  4. Tunjukan dukungan dan loyalitas sebagai bawahan.
Menurut pengarang deskripsi keempat tipe atasan disini adalah tipe ekstrem. Dalam kehidupan sesungguhnya, tidak ada atasan yang benar-benar tepat seperti digambarkan salah satu tipe. Semuanya tergantung dari sisi mana bawahan melihat sifat pemimpinnya. Saya berharap masalah ini dapat menjadi gambaran bagi kita terutama bawahan untuk melihat bagaimana orang yang memimpin kita, dan bila Anda sebagai atasan bagaimana agar dapat menjadi atasan yang baik dan dihormati oleh para bawahan. Tulisan ini berguna bagi kita semua untuk berinterospeksi, memandang ke dalam diri kita masing-masing, dalam hubungannya dengan sesama manusia.
Diringkas dari buku “Managing Your Boss” karangan Rashmi Datt, Penerbit PT Elex Media Komputindo tahun 2007 oleh Krisna Fery, warga negara Indonesia yang (sementara ini) berprofesi (juga) sebagai bawahan.

1 comment:

  1. Terima kasih, semoga catatan dan tulisan ini memberikan bekal terhadap praktisi HR__terus menulis ya___semangat__Salam Pembaharuan

    ReplyDelete

Print Postingan