KENTUT memang bukan sembarang angin. Semua orang pasti mengalaminya, sejak kanak-kanak sampai dewasa. Kentut sebenarnya merupakan pengeluaran gas yang berlebihan dari dalam usus melalui anus, dan umumnya menjelang buang air besar (BAB).
Banyak faktor yang menentukan frekuensi maupun volume kentut seseorang. Di antaranya pola makan dan obat-obatan tertentu, jenis antibiotik. Perihal berapa kali seorang anak kentut dalam sehari memang belum terdata. Namun frekuensi buang angin sekitar 14 kali dalam sehari masih dianggap normal. Sedangkan volume angin yang diproduksi setiap individu dalam kondisi normal diperkirakan bervariasi antara 4001.600 ml per hari.
Dari usus
Bagaimana kentut terjadi? Seperti kita ketahui, proses pencernaan dan penyerapan makanan terjadi dalam usus halus. Makanan yang tidak bisa dicerna dan diserap tubuh akan dibuang ke usus besar (kolon). Sisa-sisa makanan yang ada dalam usus besar ini merupakan makanan bagi bakteri penghuni usus. Di dalam usus besar ini pula terjadi proses fermentasi yang antara lain membentuk sejumlah gas.
Mengacu pada proses tersebut, bisa dimaklumi bila jenis makanan yang dikonsumsi menentukan produksi gas dalam usus. Semakin banyak seseorang mengonsumsi jenis makanan yang tidak dapat dicerna, semakin meningkat pula proses fermentasi oleh bakteri. Akibatnya, produksi gas pun mengalami peningkatan. Jenis gas yang diproduksi dalam usus antara lain karbondioksida (CO2), hidrogen (H2) dan metan. Kendati ada pula sumber gas dalam usus yang berasal dari udara luar, seperti nitrogen (N2) dan oksigen (O2). Udara luar ini dapat ikut tertelan akibat aktivitas makan yang tidak benar. Yakni kebiasaan mengunyah permen karet, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, dan sebagainya.
Aroma tak sedap
Pada dasarnya tidak semua kentut mengeluarkan bau tak sedap. Angin yang satu ini bisa menjadi bau akibat adanya proses pembusukan oleh metabolisme bakteri di usus besar. Bau tak sedap yang mungkin timbul bisa juga berupa bau asam akibat mengonsumsi makanan yang tidak sesuai kemampuan organ pencernaannya. Selain itu, makanan berbau tajam, seperti petai, durian nangka dan cempedak juga dapat menyebabkan kentut berbau.
Kentut yang tidak berbau lazimnya terdiri atas 5 komponen gas, yakni gas nitrogen, oksigen, hidrogen, metan dan karbondioksida. Kelima gas inilah yang merupakan porsi terbesar dalam kentut. Sedangkan kentut yang bau umumnya merupakan campuran gas-gas yang berbau, seperti skatol, indol, hidrogen sulfida, dan asam lemak rantai pendek. Gas-gas ini walaupun terdapat dalam jumlah kecil mampu menimbulkan bau yang menusuk hidung.
Kalau keseringan
Jika anak keseringan kentut, kemungkinan inilah penyebabnya:
Jika anak keseringan kentut, kemungkinan inilah penyebabnya:
* Mengalami intoleransi laktosa (tidak dapat mencerna laktosa yang terkandung dalam susu) yang mengakibatkan produksi gas jadi berlebihan. Hal ini biasanya disertai dengan keluhan sakit perut. Solusinya, hindari bahan makanan yang mengandung susu/laktosa.
* Kesalahan dalam pemberian makan. Maksudnya, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang tak dapat dicerna secara tuntas oleh usus. Akibatnya, banyak sisa makanan yang dihasilkan, seperti selulosa (serat), stakiosa, dan rafinosa. Selulosa merupakan dinding sel tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat pada bahan makanan yang berasal dari sayuran. Sedangkan stakiosa dan rafiosa banyak terdapat pada kacang merah. Semakin banyak makanan mengandung bahan yang tidak dapat dicerna usus, semakin banyak juga gas yang diproduksi akibat peningkatan fermentasi oleh bakteri.
* Menangis berlebihan. Saat menangis ada kemungkinan udara ikut masuk melalui mulut. Karenanya, menangis yang berle-bihan juga dapat menyebabkan anak sering kentut.
* Pemberian antibiotik yang tidak tepat/berlebihan.Akibatnya flora normal usus akan mati yang mengakibatkan pertumbuhan kuman patogen dan fermentasi makanan oleh bakteri yang berlebihan.
* Bakteri yang tumbuh berlebihan dalam usus. Ini kerap terjadi pada kasus-kasus diare kronik yang disebabkan oleh parasit jenis tertentu.
* Pengeluaran gas dari darah yang dikenal dengan istilah difusi. Selama proses difusi ini gas tertentu seperti CO2 dikeluarkan ke lambung, N2 ke usus halus dan usus besar, O2 ke usus besar. Adanya tambahan gas dari peredaran darah ke dalam usus ini dapat meningkatkan jumlah gas dalam usus yang kemudian dikeluarkan sebagai kentut.
Untuk mengurangi frekuensi kentut yang berlebihan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, kenali atau cari tahu penyebabnya. Langkah selanjutnya tentu saja dengan menghindari penyebab tersebut. Bila akibat pola makan yang salah, seperti terlalu banyak mengonsumsi serat, mau tidak mau kurangi saja jumlah serat yang dikonsumsi. Demikian pula bagi anak yang memang intoleransi terhadap laktosa. Sebaiknya hindari susu dan produk olahannya. Sebagai penggantinya, yang bersangkutan bisa mengonsumsi yoghurt. Akan tetapi bila penyebabnya sudah dihindari dan frekuensi kentut dirasa masih berlebihan, tak ada cara lain kecuali berkonsultasi dengan dokter. Dokter biasanya akan meresepkan obat yang dapat menyerap kelebihan gas di usus. Tentu saja pemakaiannya harus seizin dokter atau mencari penyebab lainnya
No comments:
Post a Comment