Judul  di atas diambil dari Bab 3 buku yang berjudul “Managing Your Boss”  karangan Rashmi Datt, Penerbit PT Elex Media Komputindo tahun 2007. Buku  ini terdiri dari 232 halaman + iv halaman tambahan. Dalam buku ini  pengarang mengharapkan agar pembaca, terutama yang berprofesi sebagai  karyawan atau lebih tepatnya bawahan, untuk dapat memahami diri sendiri,  dapat menganalisa kepribadian atasan, menguasai komunikasi dengan  atasan, dapat menjual ide anda, dan dapat membangun hubungan dengan  atasan. Selain itu, bagi para atasan diharapkan dengan buku ini dapat  mengetahui bagaimana harus bersikap kepada bawahan, meskipun dalam buku  ini hal tersebut sangat sedikit sekali disinggung.
Kembali  kepada judul di atas, saya mengambil judul tersebut karena saya  berpikir bahwa sebagian dari kita adalah karyawan yang posisinya sebagai  bawahan yang tentunya harus mengerti bagaimana cara kita mendukung  kinerja atasan yang secara ilmu (memang tidak selalu) dan kedudukan  lebih dari yang kita miliki. Sehingga kita sebagai bawahan dapat lebih  menyesuaikan dan menyelaraskan respons terhadap mereka. Kalaupun kita  sebagai atasan, kita juga perlu mengetahui tipe atasan seperti apakah  kita saat ini, sehingga apabila ada yang belum baik dapat ditingkatkan  menjadi lebih baik dan bertanggung jawab di hadapan bawahan.
Pengarang buku ini mengelompokkan atasan dalam 4 tipe, yaitu:
- Atasan yang kejam dan tidak berperasaan
 - Atasan yang tertutup
 - Atasan yang menyenangkan tetapi kurang menantang
 - Atasan yang memungkinkan untuk berkembang atau atasan ideal
 
Tipe tersebut didasarkan pada dua aspek kualitas atasan, yaitu:
- Kompetensi, merupakan atasan yang memiliki kemampuan atasan untuk berkontribusi pada hasil akhir dalam memenuhi target, mendorong perubahan dengan strategi perencanaan dan implementasi yang sangat teliti, menangani pengkritik/penentang dengan cerdas.
 - Kepemimpinan, yang meliputi perhatian terhadap orang lain, kemampuan membimbing dan memotivasi karyawan, kemampuan melihat potensi mereka bahkan jika mereka belum memilikinya, dan keberanian mengambil resiko dalam mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab.
 
I. Paling buruk adalah atasan yang kejam dan tidak berperasaan.
  Ciri-ciri dari atasan tipe ini adalah bawahan tidak berdaya dan stres  dalam menghadapinya. Ketika bawahan salah, dia (atasan) akan berteriak  dan merendahkan bawahan dan kelompoknya, menabrak batas-batas kewibawaan  diri, terkadang di hadapan seluruh bawahan yang lain. Terkadang bahkan  sering dia tidak menerangkan dengan jelas apa keinginannya, seolah-olah  dia selalu sibuk sehingga tidak dapat memberikan penjelasan. Bawahan  dibuat dalam kondisi tertekan dan direndahkan.
  Selalu meragukan integritas karyawan dengan memberikan tanyaan ”Nilai  tambah apa yang Anda berikan terhadap pekerjaan?”. Memaksa bawahan  dengan harapan-harapan yang tidak realistis. Mempunyai  jiwa yang tidak seimbang, seperti orang tidak waras, dan brutal. Dia  bereaksi dengan kemarahan dan kekejaman ketika harapannya tidak  terpenuhi, dan menunjukan kekuasaan dengan menakut-nakuti para bawahan  dan merendahkan mereka. Wataknya begitu cepat marah sehingga dampak  seperti kehilangan kontrol.  
  Dia seringkali merasa sebagai diktator yang berkuasa penuh dan mampu  menghukum serta menghancurkan siapapun yang menghalangi atau  mempertanyakan otoritasnya. Dia juga tidak akan ragu mencari kambing  hitam jika terjadi kesalahan. Dapat juga menguras habis tenaga  bawahannya dengan menyerahkan berbagai tugas dalam batas waktu yang  menyiksa dan tidak masuk akal. Ada kekurang pedulian yang nyata terhadap  kehidupan bawahan.  
  Dia juga menolak membagikan informasi penting berkaitan dengan  pengelolaan proyek secara keseluruhan, atau bahkan batas waktu. Kemudian  dia juga sering menjatuhkan bawahan dalam setiap kesempatan. Berusaha  mengatur dalam setiap situasi, terus-menerus menanykana masalah sepele  dan mempertanyakan setiap keputusan yang dibuat.   
  Tipe atasan seperti di atas dapat menyebabkan kehancuran, karena secara  tidak langsung bawahan akan merasa tidak berdaya, terasing, lemah dan  tertekan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa fenomena ini  mengakibatkan masalah kesehatan serius, seperti gangguan tidur, tekanan  darah tinggi, usus buntu, dan iritasi usus besar.
  Pertanyaannya sekarang adalah mengapa atasan seperti itu tetap ada dan  sukses ? Seringkali karena bawahan memberikan hal-hal yang baik untuk  atasan mereka, yang seakan-akan tidak tahu-menahu. Memang, bawahan mampu  dalam mengembangkan kemampuan dan reputasi dalam menangani  target-target sulit, mendorong proyek-proyek yang tidak masuk akal, dan  membawa keberhasilan untuk perusahaan. Bawahan benar-benar kompeten dan  cerdas, dan pihak manajemen melihat bawahan sebagai orang yang memiliki  ”keunggulan”. Tentu saja ini merupakan pandangan yang sempit dan  terbatas karena ketika energi orang-orang terkuras habis dan motivasinya  hilang, hasil-hasil itu kemungkinan besar hanya akan bersifat  sementara.
 Untuk itu, ada beberapa strategi sederhana yang bisa diterapkan, antara lain:
- Memabngun kredibilitas dan jaringan dalam perusahaan dengan bersikap kooperatif kepada karyawan lain atau kepala divisi lain.
 - Jika perlu, bicarakan masalah Anda kepada orang yang Anda percayai; namun jangan biasakan menumpahkan kemarahan panjang lebar atas penderitaan Anda dan menyambar setiap kesempatan dengan siapa saja yang bersedia mendengarkan atau memberikan dukungan kepada Anda (khususnya dalam perusahaan).
 - Mencari bantuan dari divisi sumber daya manusia (human resources department)
 
II. Atasan yang tertutup
  Atasan seperti ini adalah atasan yang cenderung untuk bermain aman  (safe player), dia tidak banyak bicara sehingga bawahan seperti berada  di tengah kabut. Menolak mengambil keputusan yang beresiko, berkeras  untuk menjalankan, membimbing, dan mempertahankan system dan kebiasaan  yang ada. Jarang sekali membagikan pemikiran (jika ada) dengan bawahan  mengenai rencana masa depan dan tujuan jangka panjang divisi tersebut.  Apabila ada paksaan dan serangan dari bawahan, dia hanya santai meskipun  bawahan tahu bahwa dia marah dalam hati.
  Atasan yang tertutup seperti burung unta yang tidak menyukai perubahan  dan memilih bersembunyi sebagai sikap konservatif dan waspada. Atasan  yang tidak banyak bicara pantasnya memang (dalam jangka waktu singkat)  mempelajari system dan prosedur yang berlaku; namun dia akan menghambat  perkembangan perusahaan, ide-ide, dan pendekatan baru. Dia memiliki  kemampuan terbatas dalam menyelesaikan masalah, mengantisipasi dan  bereaksi terhadap perubahan, dan tentu saja juga dalam mengembangkan  visi atau strategi. Dia menghindari publisitas, konfrontasi atau  konflik, juga jarang menekan tatkala tuntutak orang selevelnya menjadi  agresif. Dia juga jarang menemukan solusi jangka pendek untuk menghadapi  ketidakpuasan yang meningkat dan mempelajari seni bertahan hidup.
  Atasan seperti ini sangat butuh keamanan dan ketentraman, dan berjuang  keras untuk menciptakan lingkungan bagi dirinya yang dilengkapi dengan  aturan, stabilitas dan keadaan yang dapat diramalkan. Untuk itu cara  menghadapinya adalah :
- Tidak dengan melawan atau memperlihatkan secara langsung ketidaksukaan bawahan, karena atasan mempunyai kekuasaan yang besar atas suasana hati.
 - Tetap focus terhadap pekerjaan, dengan menangani lebih banyak tanggung jawab (dengan lambat) merupakan kesempatan yang baik untuk dipandang sebagai seorang yang produktif.
 - Frasekan saran-sana Anda menjadi pertanyaan, dan buatlah atasan berpikir bahwa ide-ide ini miliknya.
 - Berikan pilihan-pilihan terbatas dan satu rekomendasi yang jelas.
 - Catat pekerjaan Anda sebagai bukti kapabilitas Anda.
 
III. Atasan yang menyenangkan tetapi kurang menantang
 Atasan  seperti ini menjalankan departementnya seperti sebuah keluarga beasr.  Jarang mengkritik dan membuat keputuasn yang menyulitkan atau  memberatkan. Mencoba menyenangkan setiap orang, sehingga memperlemah  kewenangannya dan semakin sulit mempertahankan standar disiplin dan  performa kerja.
  Atasan seperti ini memang menciptakan iklim tim yang menyenangkan  dengan gaya yang hangat dan penuh perhatian. Mereka cenderung memberikan  kesempatan kepada anggota-anggota baru untuk tumbuh dan berkembang.  Oleh karena itu, mereka jarang menekan atau bertentangan dengan orang  lain di luar batas yang mereka tentukan karena mereka tidak ingin  membuat orang marah meskipun sebenarnya mereka sendiri mudah terluka.  Mereka cenderung terlalu serius menjalankan perannya sebagai ”orang tua”  dan dalam prosesnya terlalu berlebihan membantu perkembangan dan  mengontrol.
  Menangani atasan yang menyenangkan tentunya merupakan yang termudah  dari keempat tipe atasan lainnya. Masalahnya, walaupun memberikan  persetujuan, pekerjaan yang hebat selalu mendapat prioritas tinggi.  Respons jujur dan menantang selalu dihindari, akibatnya pembelajaran  yang ketat dan kesempatan untuk berkembang hilang, yang tentnunya tidak  akan membuat Anda berkembang lebih jauh.
 Cara mengatasainya adalah sebagai berikut:
- Ketika menunjukkan rasa hormat dan patuh, janganlah berlebih-lebihan. Ini akan memancing sifat orang tua dalam dirinya sehingga dia akan memperlakukan bawahan sebagai anak kecil daripada seorang bawahan.
 - Pertahankan sikap hormat, jangan terlalu akrab.
 - Bahkan ditengah diskusi yang memanas, tetaplah tenang.
 
IV. Atasan yang memungkinkan untuk berkembang atau atasan yang ideal
  Hanya sedikit orang yang beruntung mempunyainya – seorang atasan yang  dinamis dan sukses, yang memiliki visi, kearifan, dan ketajaman  berbisnis. Dia memiliki keberanian untuk berpikir besar, dan kegigihan  untuk melaksanakan visi dan rencana-rencananya. Seorang yang jujur yang  memiliki keberanian untuk mempertahankan pendiriannya tatkala orang lain  meragukannya. Memiliki nyali besar untuk mengambil resiko, dan bersedia  mendelegasikan kewenangannya kepada bawahan yang dia percayai memiliki  potensi dan dapat berkembang.
 Dia  tidak ragu memberikan perhatian, tidak segan-segan memberikan pujian  saaat diperlukan. Dia mendapatkan manfaat dari sifatnya yang penuh  perhatian, baik, dan dapat dipercaya. Karena pintar membaca karakter dan  bakat orang, dia sensitif pada masalah-masalah pribadi. Integritasnya  tidak disangsikan lagi, dan dia seorang yang disiplin dan bertanggung  jawab pada nilai-nilai pekerjaan.
  Dia tidak memberikan toleransi kepada para pemalas atau orang yng  lamban, dan dapat memberikan keputusan yang tidak berperasaaan dengan  ”membiarkan pergi” pekerjanya jika perlu demi hasil akhir yang  diinginkan. Atasan seperti itu selalu fokus pada kendali. Akan tetapi,  bagi mereka yang menunjukkan kegigihan bekerja, dia bersedia menjadi  mentor mereka dan memberikan kesempatan tidak terbatas untuk tumbuh dan  berkembang.
 Cara menghadapi atasan seperti ini adalah:
- Karena tuntutan mereka adalah standar tinggi pada performa kerja, maka bawahan harus yakin dapat mengimbangi atasan yang menuntut hasil terbaik.
 - Ambil inisiatif dan tunjukan antusiasme.
 - Cermati segala perincian, fakta, dan angka untuk meyakinkan bahwa semuanya bebas dari kesalahan.
 - Tunjukan dukungan dan loyalitas sebagai bawahan.
 
Menurut  pengarang deskripsi keempat tipe atasan disini adalah tipe ekstrem.  Dalam kehidupan sesungguhnya, tidak ada atasan yang benar-benar tepat  seperti digambarkan salah satu tipe. Semuanya tergantung dari sisi mana  bawahan melihat sifat pemimpinnya. Saya berharap masalah ini dapat  menjadi gambaran bagi kita terutama bawahan untuk melihat bagaimana  orang yang memimpin kita, dan bila Anda sebagai atasan bagaimana agar  dapat menjadi atasan yang baik dan dihormati oleh para bawahan. Tulisan  ini berguna bagi kita semua untuk berinterospeksi, memandang ke dalam  diri kita masing-masing, dalam hubungannya dengan sesama manusia.  
Diringkas  dari buku “Managing Your Boss” karangan Rashmi Datt, Penerbit PT Elex  Media Komputindo tahun 2007 oleh Krisna Fery, warga negara Indonesia  yang (sementara ini) berprofesi (juga) sebagai bawahan.
Terima kasih, semoga catatan dan tulisan ini memberikan bekal terhadap praktisi HR__terus menulis ya___semangat__Salam Pembaharuan
ReplyDelete