Photos were posted on 14 Oct 2009 at 3:38pm
Saya pernah menulis atau memposting tentang jurnalistik aktivis masjid. Posting tersebut saya “daur ulang” guna kembali memotivasi, memberi semangat, atau katakanlah memprovokasi para pengurus, aktivis, dan jamaah masjid untuk menerbitkan Buletin Masjid –disebut juga Buletin Jumat atau Buletin Dakwah.
Saya katakan, jurnalistik –baik sebagai ilmu/kajian, proses/aktivitas, maupun sebagai teknik/skill– bukanlah monopoli para wartawan. Siapa pun bisa menguasai ilmu, melakukan aktivitas, dan menguasai keterampilan jurnalistik untuk mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi aktual kepada publik. Itulah yang kini dikenal dengan jurnalisme warga (citizen journalism).
Menguasai ilmu dan teknik jurnalistik itu mudah. Modal utamanya niat, azzam, tekad! Dari segi keilmuan dan teknis juga mudah. Mau bukti? Nyok, kita adain pelatihan jurnalistik di masjid Anda!
Setiap masjid, ini mimpi saya, memiliki buletin, website/blog, bahkan tabloid/majalah dan radio komunitas. Dari situ kemudian berkembang menjadi buku dan menjadi dokumentasi keislaman dan keumatan. Koleksi perpustakaan masjid pun akan terus bertambah.
Ilmu dan teknik jurnalisti juga bisa –bahkan harus— dimiliki oleh aktivis masjid, mengingat masjid adalah sentral aktivitas keagamaan umat Islam. Sebagai sentral aktivitas, otomatis masjid merupakan sumber informasi atau sumber berita keagamaan dan keumatan.
Ilmu dan teknik jurnalistik yang dimiliki aktivis masjid berguna untuk menyebarluaskan informasi kegiatan dan rekaman ceramah, pengajian, bahkan khotbah jumat, kepada masyarakat sekitar, bahkan juga kepada masyarakat yang jauh dari masjid.
Jika ceramah seorang ustadz di masjid hanya bisa didengarkan oleh puluhan atau ratusan orang, maka dengan “sentuhan ilmu jurnalistik”, ceramah sang ustadz bisa disebarluaskan kepada ribuan bahkan jutaan orang di luar masjid. Orang yang tidak sempat atau berhalangan datang ke masjid pun bisa menerima siraman rohani sang ustadz. “Sentuhan ilmu jurnalistik” yang dimaksud adalah keberadaan “jurnalis masjid” yang andal dan siap melaporkan kegiatan di masjid kepada publik.
Untuk itu, keterampilan jurnalistik yang harus dimiliki aktivis masjid, demi pengembangan dan penyebarluasan syiar dakwah masjid, utamanya adalah kemampuan menulis berita (news), keterampilan men-transkript ceramah dan mengubahnya menjadi sebuah tulisan atau berita, menulis dan mengirimkan siaran pers (press release), serta mengelola buletin dakwah.
Kemampuan menulis berita, transkrip, dan rilis itu diperlukan untuk menyebarluaskan informasi kegiatan masjid kepada khalayak luas, yakni melalui media massa, baik majalah dinding (papan informasi masjid), buletin masjid, maupun media massa umum.
Buletin
Buletin berfungsi sebagai media komunikasi dan informasi DKM. Melalui buletin, DKM dapat secara rutin dan transparan mengumumkan keadaan keuangan (dana zakat, infak, dan sedekah) sehingga menambah kepercayaan jamaah.
Pengurus DKM juga dapat menjadikan buletin sebagai media promosi (ekspose) sekaligus undangan bagi berbagai program kegiatan di lingkungan mesjid. Jadi, tidak selalu harus membuat surat undangan jika mengadakan pengajian misalnya.
Penerbitan buletin dapat menambah sumber dana baru bagi masjid, yakni dengan adanya pemasukan dari iklan. Kru penerbitan buletin dapat mencari iklan, misalnya toko-toko atau warung di sekitar mesjid, tanpa mengurangi nilai religius buletin.
Buletin dapat juga menjadi media komunikasi jamaah. Opini jamaah, misalnya berupa surat pembaca, dapat ditampilkan. Hal ini dapat mendorong dinamika jamaah sekaligus mencapai idealisme mesjid sebagai pusat kegiatan umat Islam sebagaimana zaman Rasulullah Saw.
Format Buletin
Buletin biasanya terdiri dari satu lembar kertas kwarto (A4) atau folio (F4) yang dilipat, kedua halamannya terisi, sehingga menjadi empat halaman. Isi buletin dakwah/buletin masjid biasanya adalah artikel dakwah –ditulis oleh redaksi atau hasil transkrip penceramah pengajian/khotbah jumat— dan berita kegiatan masjid dan jamaah, plus kutipan ilmu agama Islam.
Sebagaimana media cetak pada umumnya, manajemen buletin dimulai dengan penentuan visi-misi (dalam hal ini media komunikasi, informasi, dan dakwah), nama, moto, periode terbit, susunan redaksi/pengelola, dan rubrikasi.
Contoh rubrikasi buletin –Hlm. 1: Logo/Nama Buletin, Indeks, dan Artikel Dakwah; Hlm. 2 : Lanjutan Artikel Dakwah; Hlm. 3 : Berita singkat seputar kegiatan masjid dan/atau jamaah masjid; Hlm. 4 : Kisah-kisah sufistik, kutipan hadits, iklan, dan box redaksi.
Contoh lengkap tentang buletin masjid, silakan klik situs Pusdai Jabar, menu USWAH. Klik: http://www.pusdai.com/uswah.html
Nah, kawan-kawan! Ayo, jadi jurnalis masjid! Aktivis masjid di Bandung khususnya, silakan ikuti Diklat Jurnalistik BATIC (Balai Jurnalistik ICMI Orwil Jabar), setiap Sabtu Pkl. 13.00-17.00 WIB, untuk mendalami ilmu dan keterampilan menulis karya jurnalistik, termasuk manajemen media. Tempat diklat di Bumi Madani, Gedung ICMI Jabar, Jln. Cikutra 276-D Bandung, Tlp. (022) 7206964. Insya Allah, saya dan para instruktur dari kalangan profesional (wartawan/penulis) siap berdiskusi dengan peserta soal jurnalistik dan media massa. Wasalam. (www.romeltea.com).*
No comments:
Post a Comment